KembangDesa.id – Kerukunan dan kekompakan masyarakat terlihat sangat kental terjalin di Desa Mojodadi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.
Hal itu nampak dari berbagai kegiatan ruwat desa yang digelar.
Diawali khotmil Quran, arakan gunungan hasil bumi dan siraman sumber air panguripan dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Edy Susanto dari Mojokerto.
Rangkaian kegiatan ini bagian dari komitmen pemerintah Desa Mojodadi menjadikan desa berbudaya, sekaligus menjaga kerukunan antarwarga.
Ketua Pelaksana Ruwat Desa, Ali Said, mengungkapkan, Ruwat Desa Mojodadi ini bagian dari bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rizki yang diberikan.
Baik hasil bumi yang melimpah ataupun kesehatan bagi masyarakat.
’’Termasuk, diberikan keberkahan dalam hidup dan kesejahteraan,’’ ungkapnya.
Berlangsung dua hari, Jumat (25/10) dan Sabtu (26/10) ruwat desa ini melibatkan seluruh warga yang tersebar di tiga dusun, terdiri Dusun Kalimati, Bakalan, dan Kedungwaru.
Kegiatan diawali khotmil Quran oleh masyarakat di tiga dusun. Dilanjut, tumpengan dan ziarah kubur kepada leluhur desa.
Pada momentum ini turut dilakukan pengambilan tiga mata air panguripan tertua di tiga dusun.
’’Kita buatkan ritual untuk penyatuan mata air panguripan itu untuk dilakukan siraman kepada kepala desa. Tujuannya, itu sebagai simbul, masyarakat Desa Mojodadi tetap kompak, guyup, rukun, sekaligus membersihkan dari dari bala,’’ paparnya.
Pada prosesi ini dilangsungkan ritual selendang tari yang diperagakan oleh muda mudi karang taruna.
Kepala Desa Mojodadi, Agus Suprayitno, menegaskan, ruwat Desa Mojodadi ini bagian dari upaya pemdes melestarikan budaya atau kearifan lokal di tengah masyarakat.
Salah satunya dengan kirap budaya hingga ritual sumber panguripan.
’’Ini bagian dari upaya Pemerintah Desa Mojodadi nguri-uri budaya, melestarikan budaya leluhur,’’ tegasnya.
Kegiatan ini juga mendapat respons positif dari masyarakat.
Hal itu dibuktikan dengan antusiasme mereka mengikuti serangkaian ruwat agung yang digelar.
Meski zaman kian modern, faktanya masyarakat masih tetap menjunjung tinggi adat dan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh pendahulu.
Tumpengan dari hasil bumi menjadikan sedekah bumi kian meriah.
Tumpengan ini diarak masyarakat secara gotong royong dan beriringan ke balai desa setempat.
Kegiatan ditutup dengan pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Edy Susanto dari Mojokerto.
’’Ini menjadi komitmen kami menjadikan desa berbudaya dan sejahtera. Termasuk, mempererat silaturahmi dan persaudaraan antarwarga Desa Mojodadi,’’ paparnya. (ori/fen)