Kembang Desa

Kelurahan di Kota Mojokerto Ini Punya Inovasi Gempa Genting yang Jadi Jujukan Studi Daerah Lain

×

Kelurahan di Kota Mojokerto Ini Punya Inovasi Gempa Genting yang Jadi Jujukan Studi Daerah Lain

Sebarkan artikel ini
ram kelana kota 3 scaled
JADI RUJUKAN: Lurah Prajurit Kulon Muhammad Nurhadi mendampingi rombongan dari Pemkab Kulon Progo saat melakukan studi tiru terkait inovasi gempa genting.

KEMBANGDESA, ID – Inovasi gempa genting atau segenggam sampah gawe stunting yang digagas Kelurahan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto kembali jadi jujukan studi tiru daerah lain.

Kemarin, giliran Pemkab Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menilik langsung proses budi daya maggot yang dimanfaatkan sebagai pakan ikan lele guna membantu penurunan angka stunting ini.

Lurah Prajurit Kulon Muhammad Nurhadi mengungkapkan, kedatangan rombongan dari Pemkab Kulon Progo bertujuan untuk melakukan studi tiru terkait gempa genting.

Mulai dari proses pembibitan, perawatan, hingga pengembangbiakan.

’’Untuk pakan maggot berasal dari warga yang datang ke kantor kelurahan saat mengurus surat-surat administrasi,’’ terangnya.

Limbah rumah tangga berupa sisa sayur, buah-buahan, maupun makanan itu yang selama ini dijadikan makanan larva dari lalat black soldier fly (BSF) ini.

Maggot dewasa kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ikan lele di dua kolam bioflok yang berada di halaman kantor kelurahan.

’’Hasil ikannya diberikan kepada keluarga yang memiliki anak stunting,’’ ulasnya.

Sebelumnya, Kelurahan Prajurit Kulon juga menjadi rujukan dari Pemkab Grobogan, Jawa Tengah dan Provinsi Maluku.

Mengingat, inovasi gempa genting merupakan salah satu dari program unggulan yang mengantarkan Pemkot Mojokerto meraih penghargaan Kota Terinovatif pada gelaran Innovative Government Award (IGA) 2022.

’’Karena ke depan juga bakal sering ada kunjungan, sehingga kami kembangkan menjadi Gempa Genting Ning Emi atau untuk peningkatan ekonomi,’’ paparnya.

Selain di kantor kelurahan, budi daya maggot akan disebar ke masyarakat.

Saat ini, ungkap Nurhadi, sudah ada sepuluh warga yang bersedia untuk membudi daya maggot di rumah masing-masing.

Di samping bekal pelatihan, warga juga akan diberikan bantuan sarana prasarana sekaligus pendampingan.

Meliputi bibit maggot, boks tempat perawatan, hingga kelambu untuk tempat pengembangbiakan lalat BSF.

Itu diharapkan meminimalisir sampah di tingkat rumah tangga.

’’Karena sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga bisa dimanfaatkan jadi pakan maggot,’’ ulas dia.

Di sisi lain, permintaan maggot saat ini juga cukup tinggi.

Larva lalat BSF dewasa dapat terjual berkisar Rp 7-8 ribu per kilogram (kg) untuk pakan unggas.

’’Sebenarnya banyak yang membutuhkan maggot, tapi kita kekurangan stok. Maka warga kami dorong untuk budi daya untuk peningkatan ekonomi mereka,’’ imbuhnya.

Selain maggot, Kelurahan Prajurit Kulon juga akan membentuk dua divisi lainnya untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.

Di antaranya divisi pengelolaan pupuk kompos dan bank sampah. (ram/fen)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *