KembangDesa.id – Banjir luapan yang langganan melanda Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, perlahan tertangani.
Jembatan pertanian yang baru saja direhabilitasi kini tak lagi menjadi pemicu aliran sungai meluap.
Pemkab bersama pemdes berkomitmen menuntaskan persoalan klasik ini hingga tuntas seluruhnya.
Kepala Desa Tempuran Slamet optimistis banjir yang terjadi setiap musim penghujan teratasi secara perlahan.
Terlebih dengan keberadaan jembatan yang baru saja direnovasi, kini aliran Afvoer Jombok tak lagi meluap ke permukiman warga.
’’Sekarang tidak ada lagi sumbatan yang menyebabkan banjir jembatan sudah dibongkar dan ditinggikan,’’ katanya, kemarin.
Pembongkaran jembatan usaha tani dilakukan karena konstruksi sebelumnya terlalu rendah.
Sampah-sampah yang tersangkut jembatan kerap menghambat aliran sungai sehingga mengakibatkan air meluap.
Proyek pembangunan jembatan dengan dana sekitar Rp 400 juta yang disokong Bantuan Keuangan (BK) Desa dari Pemkab Mojokerto pada 2023 pun menjadi solusi.
Jembatan baru sepanjang 12 meter dan lebar empat meter dibangun lebih tinggi untuk mencegah banjir.
’’Alhamdulillah sekarang banjir tidak lagi sampai permukiman, meskipun masih ada area pertanian yang terdampak banjir karena posisi sungai lebih tinggi,’’ tuturnya.
Slamet memastikan, upaya penanganan banjir tak berhenti dengan pembangunan jembatan baru yang diresmikan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati pada 26 Januari lalu itu.
Ia menyebut, langkah proaktif masyarakat dalam menjaga aliran sungai dan bentuk pencegahan lainnya terus digalakkan.
Ke depan, pihaknya juga akan mendorong agar proyek antisipasi banjir dilanjutkan, termasuk dengan pembangunan plengsengan di sepanjag aliran sungai yang melintasi desa setempat.
’’Kami mengajukan agar ada pembangunan plengsengan beton dari belakang balai desa ke arah Kesamben, juga ada penambahan rumah pompa supaya petani bisa mendapat hasil pertanian yang bagus,’’ harapnya. (adi/fen)