KEMBANGDESA, ID – Kerajinan perak merupakan salah satu produk unggulan yang erat kaitannya dengan Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg.
Namun, kini sentra kerajinan perak tidak lagi berkembang pesat seperti era sebelumnya.
Kurangnya tenaga perajin muda dan generasi penerus menjadi penyebab lesunya kerajinan perak di desa yang terdiri dari dua dusun ini.
Kepala Desa Batankrajan, Antony Wijohari, mengakui fenomena krisis tenaga perajin perak tersebut.
Menurutnya, hingga saat ini, hanya ada lima perajin perak yang tersisa dan masih bertahan di sentra kerajinan ini.
Banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di pabrik daripada melanjutkan tradisi kerajinan perak.
’’Pada masa keemasannya, sekitar tahun 1990-an, kerajinan perak ini sangat berkembang. Namun, kini hanya para perajin tua yang masih berusaha mempertahankan keberlanjutan kerajinan ini,’’ ucapnya.
Sebagai upaya menghidupkan kembali sentra kerajinan perak, pemerintah desa kini fokus pada pengembangan usaha bagi para perajin, terutama di bidang pemasaran.
Dibantu dengan pemasaran secara online, produk kerajinan perak khas Desa Batankrajan kini semakin mudah menjangkau pasar yang lebih luas.
’’Sampai saat ini, para perajin perak juga sudah mulai memasarkan karyanya di pasaran. Bahkan, seringkali mendapatkan pesanan dari luar pulau, seperti Bali,’’ jelas Antony.
Di samping itu, para perajin perak juga menerima pelatihan usaha dari pemerintah desa setempat, termasuk fasilitasi pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang bekerja sama dengan instansi terkait.
Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah desa dalam meningkatkan branding kerajinan perak khas Desa Batankrajan.
’’Tentunya, kami memerlukan dukungan dari pemerintah daerah agar kerajinan perak ini dapat kembali berkembang. Dengan demikian, ikon perak ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi pengembangan desa wisata,’’ pungkas Antony. (oce/fen)